Sabtu, 06 Juni 2009

jahe,lengkuas,kayu manis,alstoniae cortex

ZINGIBERIS RHIZOMA
Zingiberis rhizoma ialah rimpang dari tanaman yang bergenus zingiber. Namun, kebanyakan tanaman bergenus zingiber yang digunakan sebagai bahan jamu ialah jahe (Zingiber officinale Roscoe). Dalam taksonomi tanaman, jahe termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, klas Monocotyledonae, ordo Zingeberales, famili Zingeberaceae dan genus Zingiber. Jahe memiliki rasa hangat, pedas dan menyegarkan (Hendradi, et al, 2000). Rimpang jahe mengandung minyak atsiri (bisabolena, sineol, phellandrena, sitral, borneol, sitronellol, geranial, linalool, limonena, zingiberol, zingiberena, kamfena), oleoresin (gingerol, shogaol), fenol (gingeol, zingeron), enzim proteolitik (zingibain) (www.friedli.com ), 8,6 % protein, 6,4 % lemak, 5,9% serat, 66,5% karbohidrat, 5,7% abu, kalsium 0,1%, fosfor 0,15 %, besi 0,011%, sodium 0,03%, potassium 1,4%, vitamin A 175 IU/100 g, vitamin B1 0,05 mg/100 g, vitamin B2 0,13 mg/100 g, niasin 1,9% dan vitamin C 12 mg/100 g (www.herbal-home-remedies.org).
Rasa dari jahe di mulut dan hidung muncul dari dua kelompok bahan kimia:
1. Minyak atsiri yang merupakan gabungan dari terpenoid yang memberikan jahe aroma khas dan memodifikasi rasanya.
2. Bahan kimia non volatil yang pedas atau tajam seperti gingerol, shogaol, paradol, zingeron yang menghasilkan rasa pedas dalam mulut (www.ch.ic.ac.uk.html).
rimpang jahe dapat berfungsi sebagai obat linu, encok, rematik, gatal-gatal, penyakit pinggang, sesak nafas, ambeien dan menguatkan otot.
Jahe dapat mengobati linu-linu, encok, rematik, penyakit pinggang dan ambeien karena jahe memiliki aktivitas antioksidan, anti peradangan dan analgesik atau pengurang rasa sakit. Penelitian dengan binatang telah membuktikan bahwa jahe memiliki efek analgesik dan aktivitas antiperadangan (www.ch.ic.ac.uk ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah, 1996 tentang efek analgetika minyak atsiri dan ekstrak etanol rimpang jahe dengan metode Writhin Test pada mencit Mus musculus disimpulkan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang jahe memilki efek analgetika yang lebih kuat daripada ekstrak etanol rimpang jahe dengan kandungan minyak atsiri yang sama.
Jahe yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi yang berasal dari oleoresin membuat jahe berfungsi sebagai penangkap radikal bebas. Ini berarti jahe memiliki aktivitas anti peradangan, antimutagenik (www.friedli.com ), dapat melindungi lemak/membran dari kerusakan oksidatif, menghambat oksidasi kolesterol dan meningkatkan kekebalan tubuh (www.indohafi.com ).
6-shogaol yang terkandung dalam oleoresin jahe mengurangi peradangan di lutut dan melindungi tulang rawan pada tulang paha dari kerusakan (Levy, et al, 2006). Khasiat ini berasal dari gugus-gugus fungsi yang terdapat pada shogaol, yaitu, gugus hidroksil, karbonil, ikatan-ikatan rangkap dalam cincinnya dan metoksi. Gingerol yang menyusun sekitar 1 - 2% dari minyak atsiri jahe dapat meredakan kejang (antispasmodik), sebagai antiradang dan antirematik (Samiran dan Ismail, 2005). Aktivitas ini berasal dari gugus-gugus fungsi yang terdapat pada gingerol, yaitu, gugus hidroksil, karbonil, ikatan-ikatan rangkap dalam cincinnya dan metoksi.
Magnesium, kalsium dan fosfor yang terkandung dalam jahe berfungsi bersama-sama dalam pembentukan tulang, kontraksi otot dan transmisi syaraf. Tingginya kandungan mineral ini dalam jahe membuat jahe cocok sebagai obat kejang otot dan lemah otot. Peran jahe dalam mengobati lemah otot juga dikarenakan oleh kandungan potassium yang tinggi di dalamnya (www.friedli.com ).
Jahe juga memiliki fungsi untuk mengurangi sesak nafas karena jahe dapat berfungsi sebagai decongestant atau pelega nafas (Block, Leslie L, et al, 2000). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Sustiami, 1994 didapatkan minyak atsiri jahe pada dosis 5 μL, 10, 15, 20, 25 menghambat secara bermakna terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan P<0,05. Ini berarti, jahe dapat mengobati sesak nafas karena kandidiasis pada paru-paru yang disebabkan oleh Candida albicans.

LANGUATIS RHIZOMALanguatis rhizoma yang dimaksud ialah rimpang Alpinia galanga atau lengkuas. Dalam taksonomi, lengkuas termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo Zingiberales, subfamili Alpiniodeae, suku Alpiniae dan genus Alpinia. Taksonomi lengkuas tersebut menunjukkan bahwa lengkuas dan jahe tergolong dalam satu ordo.
Rimpang lengkuas setidaknya mengandung 1 % minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil sinamat 48%, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, pinen, galangin dan lain-lain. Selain itu, rimpang lengkuas juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid dan lain-lain (Soeratri, widji, 2005).
rimpang lengkuas berfungsi untuk mengobati linu, encok, rematik, gatal-gatal, kadas, kudis, bronkhitis, ambeien, penyakit pinggang, sesak nafas, asam urat dan menguatkan otot yang lama tidak digerakkan karena sakit atau rematik.
Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung senyawa-senyawa yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor dan dapat mengobati asam urat. Senyawa-senyawa tersebut meliputi trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat dan 4-hidroksi benzaldehida. Rimpang lengkuas juga mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1-(4-hidroksifenil)-7-fenilheptan-3,5-diol (Soeratri, widji, 2005).
Ekstrak rimpang lengkuas dapat mengobati gatal-gatal, kadas dan kudis karena senyawa aktif di dalamnya dapat membersihkan darah, memiliki aktivitas antijamur, antimikroba, antiseptik dan antibakteri (Soeratri, widji, 2005).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen minyak atsiri yang terkandung di dalam rimpang lengkuas dapat bersifat sebagai antimikroba. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri) (Kunia, Kabelan, 2006). Pada konsentrasi 6% - 8% dalam etanol minyak atsiri lengkuas dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus serta jamur Neurospora sp. dan Penicillium sp (Yurhamen, dkk, 2002). Selain itu, eugenol yang terkandung dalam minyak atsiri rimpang lengkuas dapat digunakan sebagai antiseptik (www.wikipedia.com).
Metil sinamat yang terkandung dalam rimpang lengkuas diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Metil sinamat dapat menghambat pertumbuhan ragi (Saccharomyces formosensis) dan bakteri (Bac. subtilis dan Lac. Delbrucki). Aktivitas antibakteri ini berasal dari cincin benzena dan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada metil sinamat, yaitu, ikatan rangkap dua dan karboksil (www.wikipedia.com).
Penggunaan lengkuas secara empiris sebagai obat antijamur kulit telah diketahui sejak lama (Darwis, 1991; Anonim, 1995). Secara tradisional, penggunaan rimpang lengkuas dalam bentuk segar (dengan cara digosokkan) bertujuan untuk membasmi panu, kadas, kudis dan kurap. Uji aktivitas minyak atsiri dan ekstrak air rimpang lengkuas sebagai antijamur telah dibuktikan (Haraguchi, 1996).
Penelitian telah membuktikan bahwa sediaan krim yang mengandung minyak atsiri rimpang lengkuas 8% b/b dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum 150 mm, krim yang mengandung minyak atsiri rimpang lengkuas 11% b/b dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum 210 mm. Sedangkan, krim yang mengandung minyak atsiri rimpang lengkuas 15% b/b dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum 240 mm (Soeratri, widji, 2005).
Selain itu, Ekstrak kloroform dari lengkuas dapat menghambat pertumbuhan jamur B. cinerea dengan konsentrasi penghambatan minimum 156,3 μg/mL, pestalotiopsis sp dengan konsentrasi penghambatan minimum 2500 μg/mL, C. gloeosporioides dengan konsentrasi penghambatan minimum lebih dari 2500 μg/mL (Khewkhom, 2007).
Ekstrak rimpang lengkuas dapat mengobati ambeien, linu, encok, rematik maupun penyakit pinggang karena eugenol yang terkandung di dalamnya yang merupakan anggota dari kelas allil benzena dapat digunakan sebagai anastesis dan analgesik dimana analgesik berfungsi meredakan rasa sakit (www.wikipedia.com ).
Selain itu, lengkuas yang digabungkan dengan ekstrak jahe terbukti dapat menurunkan gejala osteoartitis pada lutut, mengurangi sakit sendi, mengurangi peradangan, dapat membangun kembali kartilago (Cho, Suk H, 2006), mengurangi gejala remathoid arthritis, arthritis reaktif dan mengurangi produksi sitokina yang properadangan. Pengurangan produksi sitokina ini dilakukan dengan cara mengurangi respon peradangan, meningkatkan fungsi sel dengan mengurangi reduksi IL-1, TNF, IL-6 dan mereduksi fungsi sel B dan T (Chavali, Andasiva R, 1997). Selain itu, lengkuas juga dapat menguatkan otot yang lama tidak digerakkan karena sakit atau rematik (Kunia, Kabelan, 2006).
Rimpang lengkuas dapat mengobati bronkitis karena kandungan minyak atsiri rimpang lengkuas dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang dapat menyebabkan kandidiasis pada paru-paru. Kandidiasis pada paru-paru dapat menyebabkan bronkhitis, nyeri dan sesak nafas (Hamdi, S, 1997).
Rimpang lengkuas dapat pula mengobati sesak nafas karena pneumonia. Ini disebabkan karena minyak atsiri lengkuas dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dapat mengakibatkan pneumonia (www.wikipedia.com).

ALSTONIAE CORTEX Alstoniae cortex yang dimaksud ialah kayu dari tanaman bergenus Alstoniae atau kayu pulai. Namun tanaman bergenus Alstoniae yang banyak digunakan sebagai obat ialah Alstoniae constricta. Dalam taksonomi, Alstoniae constricta termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, famili Apocynaceae, suku Plumeriae, subsuku Alstoniinae dan genus Alstonia (www.wikipedia.com). Taksonomi tersebut menunjukkan bahwa Alstoniae constricta dan lengkuas tergolong dalam satu divisi yang sama.
Dalam jamu ini ekstrak kayu pulai berperan dalam mengobati diabetes mellitus, sesak nafas karena bronkhitis dan gatal-gatal.
Alstoniae constricta mengandung alstonin (C21H20N2O4), yang merupakan suatu alkaloid amorf berwarna kuning-oranye, alstonisin yang amorf dan tidak larut dalam air mendidih, porfirin (C21H25N3O2) yang putih dan tidak berupa kristal (Felter, HW dan John Uri Lloyd, 1898), alstonidin (Rhemington, JP dan Horatio C Wood, 1918), reserpin (Robert, et al, 1964), porfirosin, alstonilidin, vincamajin, O-3,4,5-trimethoxycinnamoylvincamajin,o-3,4,5-trimethoxybenzoylquebrachidin, suatu golongan bisindol dengan rumus molekul C43H50N4O7 (Crow, WD, 1970).
Alstonin yang merupakan kelompok alkaloid memiliki aktivitas antibronkhitis (Wakim, KG, 1947), antidiabetes (Elizabethzky, 2006), antibakteri (Leite, Sonia Pereira, 2006), anti penyakit jiwa (antipsychotic) dan anti cemas (anxiolytic) (Costa-campos, et al, 2004). Efek anticemas dari alstonin dapat membuat penderita penyakit lebih dapat tenang dalam menjalani pengobatan. Ini dapat mengakibatkan penderita penyakit dapat lekas sembuh. Efek antibakteri dari alstonin dapat mengobati gatal-gatal yang disebabkan karena bakteri.Alstonidin dapat memperlancar aliran darah. Ini dapat membantu penyembuhan penyakit (Dwec, Anthony C, 2007). Alstonidin juga termasuk golongan alkaloid. Reserpin yang merupakan golongan alkaloid memberikan efek tenang sehingga dapat mempercepat penyembuhan (Andrew, et al, 1958).

BURMANI CORTEX
Burmani cortex yang dimaksud ialah kayu manis (Padang) atau Cinnamommum burmannii. Dalam taksonomi, Cinnamommum burmannii termasuk kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, order Laurales, family Lauraceae dan genus Cinnamon.
Kayu manis mengandung minyak atsiri, safrol, sinamaldehid, eugenol, tanin, dammar dan kalsium oksalat (Wahyudi, Andi, 2002). Ekstrak air kayu manis mengandung senyawaan fenol sebesar 9,3%. Senyawa lain yang ditemukan adalah flanonoid, tanin, triterpenoid, dan saponin (Azima, fauzan, 2002). kayu manis selain berfungsi memberikan rasa manis pada jamu, juga berperan dalam mengobati asam urat, hernia, encok, penyakit pinggang, rematik, gatal-gatal, dan sesak nafas karena kandidiasis pada paru-paru maupun pneumonia. Selain itu, kayu manis baik dikonsumsi untuk penderita diabetes mellitus.
Menurut Prof. Hembing Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit kepala (Vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, nyeri pinggang, muntah-muntah, hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, rematik dan menghilangkan rasa sakit (Wahyudi, Andi, 2002).
Kayu manis dapat mengobati gatal-gatal dan sesak nafas pada kandidiasis paru-paru disebabkan karena kayu manis menunjukkan efek anti bakteri. Minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Candida albicans, Escherichia coli, Streptococcus agalactiae, Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis (Arnal-schnebelen, et al, 2004). Candida albicans yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh minyak atsiri kayu manis merupakan penyebab kandidiasis paru.
Kayu manis dari Indonesia juga memiliki aktivitas antibakteri. Harry Onggirawan, 1980 telah melakukan penentuan koefisien fenol minyak atsiri kulit kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhosa. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata minyak atsiri kulit kayu manis mempunyai daya antimikroba (koefisien fenol) 3,18 (berarti 3,18 kali lebih kuat daripada fenol) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan daya antimikroba (koefisien fenol) 3,64 terhadap Salmonella typhosa. Ria Amelya, 1992 telah melakukan penelitian tentang pengaruh daya hambat kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata sari Kayu Manis dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1,1%, sedangkan pada konsentrasi 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 0,9% tidak dapat menghambat (www.iptek.net ). Staphylococcus aureus yang dapat dihambat oleh sari kayu manis dapat menyebabkan pneumonia.
Kayu manis baik dikonsumsi untuk penderita diabetes mellitus karena polimer polifenol yang terkandung dalam kayu manis menjaga kadar gula dalam darah (Anderson, RA, et al, 2004). Selain itu, sinamaldehid yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
Kayu manis dapat mengobati encok, penyakit pinggang dan rhematik karena mengandung eugenol yang dapat sebagai analgesik. Efek analgesik dari eugenol dapat mengurangi rasa sakit (www.wikipedia.com ).

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, RA, 2004, ``Isolation and Characterization of Polyphenol Type-A Polymers from Cinnamon with Insulin-like Biological Activity``, J. Agric. Food. Chem, 52: 65-70.
Andrew, F. N., Perry, T. W., Martin Stob, Beeson, W. M., 1958, ``The Effects of Diethylstilbestrol, Testoterone and Resepine on Growth and Carcass Grade of Lambs``, J. Animal Sci, 17: 157.
Anonim, 1995, ``Farmakope Indonesia``, Edisi IV, Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta, Hal. 6.
Arnal-schnebelen, B., Hadji-Minaglou, F., Peroteau, J. F. Rybeire, F. Bilberberg, V. G. De, 2004, ``Essential oils in infectious gynaecological disease: a statistical study of 658 cases``, International Journal of Aromatherapy, 2004 (Vol. 14) (No. 4) 192-197.
Azima, fauzan, 2002, ``Kayu Manis Cegah Aterosklerosis dan Kanker``, Pikiran Rakyat edisi 30 September 2004, Jakarta.
Block, Leslie L, David, J. W. G., David Rolf, 2000, ``Inhalation Therapy Decongestant with Foraminous Carrier``, US Patent nomor 6. 090. 403.
Chavali, Andasiva R, 1997, ``Formulation for Alleviating Symptoms Associated with Arthritis``, US Patent nomor 5. 683. 698.
Cho, Suk H, Idaho Falls, R. A. Forse, 2006, ``Dietary Suppements and Methods for Treating Pain and Inflammation``, US Patent nomor 7. 138.149 B2.
Costa-campos, 2004, ``Anxiolytic Propeties of the Antipsychotic Alkaloid Alstonine``, Journal of Pharmacology, Biochemistry and Behaviour, Vol. 77, Hal.481.
Crow, W. D., N. C. Hancox, S. R. Johns, J. A. Lamberton, 1970, ``New alkaloids of Alstonia constricta``, Australian Journal of Chemistry 23(12) 2489 - 2501.
Darwis, 1991, ``Tanaman Obat Family Zingiberaceae``, Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Jakarta, Hal. 8-12.
Dwec, Anthony C, 2007, ``Impotence-Evaluating Traditional Remedies``, Personal Care edisi Juli 2007.
Elizabethzky, E dan L Costa-campos, 2006, ``The Alkaloid Alstonine: A Review of Its Pharmacological Properties``, eCAM, doi: 10. 1093/ecam/nel011.
Felter, HW dan John Uri Lloyd, 1898, ``Extractum Alstoniae Constrictae Fluidum.-Fluid Extract of Alstonia Constricta``, www.herbalmagick.com.
Hamdi, S, 1997, ``Kandidiasis Paru``, Cermin Dunia Kedokteran No. 114, 1997 27, Jakarta.
Haraguchi, H., Kuwata, Y. K, Inada, 1996, ``Antifungal Activity from Alpinia galangal and the Competition for Incorporation of Unsaturated Fatty Acid in Cell Growth``, Planta Medica, 62, 4, 308-313.
Hendradi, Esti, Soemiati, E. R. Himawati, Rosita Noorma, Arie Sulistyarini, 2000, ``Formulasi Sediaan Topikal dari Perasan Rimpang Zingiber officinale Rosc dengan Menggunakan Beberapa Basis Krim``, J. Penelitian Med. Eksakta, Vol.1 April 2000: 68-78.
Khotimah, 1996, ``Penelitian Khasiat Analgetika Minyak Atsiri dan Ekstrak Etanol Rimpang Zingiber officinale Rosc dengan Metode Writhing Test Pada Mencit``, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Kunia, Kabelan, 2006, ``Lengkuas Pengganti Formalin``, Pikiran Rakyat edisi 26 Januari 2006, Bandung.
Khewkhom, N., Sangchote, S., Greger, H., 2007, ``In Vitro Antifungal Activity of Some Well-Known Spices Against Plant Pathogenic Fungi``, AgriculturalSci. J. 38 (6): 70-74 (2007).
Leite, SP, Vieira, J. P. C., Medeiros, P. L. D., Leite, R. M. P., 2006, ``Antimicrobial Activity of Indigofera suffruticosa``, eCAM 2006; 3(2) 261-265.
Levy, A. S., Simon, O., Shelly, J., Garderner, M., 2006, ``6-Shogaol Reduced Chronic Inflammatory Response in The Knees of Rats Treated with Complete Freund's adjuvant``, PubMed PMID: 17010215.
Rhemington, JP dan Horatio C Wood, 1918, ``Alstonia. Br. Alstonia, Alstonia scholaris, Alstonia constricta``. www.herbalmedicine.com.
Samiran dan Ismail, 2005, ``Lima Akar yang Bikin Perkasa``, Majalah Intisari edisi 28 Februari 2005, Jakarta.
Soeratri, widji, 2005, ``Aktivitas Antifungi Krim Minyak Atsiri Lengkuas Terhadap Candida albicans``, Majalah Farmasi Erlangga, Vol. 5, No. 1, April 2005, Surabaya.
Sustiami, 1994, ``Pengaruh Minyak Atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc)Terhadap Pertumbuhan Candida albicans dan Aspergillus Lavus``, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Wahyudi, Andi, 2002, ``Melawan Penyakit dengan Kayu Manis``, Pikiran Rakyat Edisi 4 januari 2004, Semarang.
Wakim, KG, 1947, ``The Action of Alstonine``, Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutic, Vol. 90, Issue 1, 57-67.
www.ch.ic.ac.uk .html
www.friedli.com
www.herbal-home-remedies.org
www.indohafi.com
www.info-herbal.com
www.iptek.net
www.wikipedia.com
Yurhamen, 2002, ``Uji Aktivitas Anti Mikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga)``, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Riau, Riau.

1 komentar:

the Best Teacher mengatakan...

tentang gugus fungsi yg bkaitan dg aktivitasna...itz just theoritical